SEJARAH TEMBAKAU DELI
Deli Maatschappij didirikan pada tahun 1869 oleh Jacob Nienhuys dan Peter Wilhelm Janssen sebagai perusahaan budi daya tembakau dengan konsesi untuk Kesultanan Deli di Sumatra, Hindia Belanda (kini Indonesia). Tanah yang kaya akan unsur hara serta lokasi yang luas, 12.000 hektar menjadikan tembakau Deli komoditi yang menjanjikan di era kolonialisme di Indonesia.
Daun-daun yang sudah matang dipetik untuk kemudian diproses lalu disortir berdasarkan kualitasnya. Setelah semua siap, tembakau dikirim menuju pasar tembakau dunia yang kala itu berada di Bremen, Jerman. Karena kualitasnya yang mumpuni, tembakau deli hampir menyaingi tembakau dari Kuba.
Pada penggunaannya, tembakau deli umumnya digunakan sebagai Wrapper atau Binder dalam konstruksi cerutu dan dijadikan sebagai salah satu bahan untuk tembakau pipa cangklong. Kekhasan rasa earthy dan nutty yang cukup menggoyang lidah membuatnya dicintai oleh banyak pabrikan cerutu kelas dunia. Belum lagi dengan jumlahnya yang banyak di pasaran membuat para produsen cerutu semakin mencintainya.
Kemasyhuran tembakau deli menjadikannya primadona di Sumatera Utara, hingga lahirlah klub sepakbola Persatuan Sepakbola Medan Sekitaranya yang biasa kita kenal dengan singkatan PSMS Medan yang berlambang daun tembakau.
Klub dengan jersey yang didominasi dengan warna Hijau ini telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Medansche Voetbal Club (MSV) yang diyakini adalah cikal bakal dari klub PSMS Medan. Sementara nama PSMS Medan baru secara resmi muncul pada tanggal 21 April 1950.
Bermarkas di Stadion Teladan Medan, lambang klub yang biasanya terpasang di dada kiri kaos tim bergambar enam helai daun tembakau. Konon kabarnya PSMS Medan awalnya didirikan oleh enam klub sepakbola di wilayah Medan dan sekitarnya. Klub tersebut adalah Medan Sport, Deli MIJ, Sahata, Alwatan, PO. Polisi, dan Indian Football Team. Warna dasar lambang putih melambangkan jiwa sportifitas, sementara tulisan hijau melambangkan perkebunan di Medan.
Tak hanya PSMS Medan saja yang memiliki lambang daun tembakau, Universitas Sumatra Utara (USU) juga menggunakan daun tembakau sebagai lambang universitas. Universitas negeri ini awalnya didirkan dalam bentuk Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Fakultas yang pertama didirkan adalah Fakultas Kedokteran pada 20 Agustus 1952 yang kemudian diperingati sebagai hari jadi USU. Presiden Soekarno meresmikan pada 20 November 1957.
lambang Univeritas ini memiliki berbagai makna. Bintang berwarna kuning emas melambangkan ketinggian ilmu yang berdasarkan iman dan takwa, rangkaian kembang melati berwarna putih melambangkan budi luhur, rangkaian padi berwarna kuning melambangkan kian berilmu kian merunduk, dan rangkaian daun tembakau berwarna hijau melambangkan Tembakau Deli, hasil daerah tempat USU.
Jangan heran jika sebuah rumah sakit di Medan juga menggunakan tembakau sebagai bagian dari lambangnya, bahkan juga nama rumah sakitnya. Adalah Rumah Sakit Tembakau Deli yang usianya lebih dari satu abad. Di bangun oleh Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha perkebunan tembakau di Sumatra yang membawahi sekitar 75 daerah perkebunan di Sumatera Timur yang terintegrasi dalam satu payung perusahaan Deli Maastchappij. Pada 1870, Nienhuys memindahkan kantor utamanya dari kawasan Labuhan ke jalan Tembakau Deli.
Nienhuys membangun Rumah Sakit Tembakau Deli di bawah bendera Deli Maastchappij pada 1871. Rumah Sakit Tembakau Deli dibangun dari dana patungan para pengusaha tembakau di Sumatra, juga penggalangan dana dari masyarakat di sana. Namun saat ini rumah sakit tersebut sudah tidak berfungsi lagi dan telah ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemko Medan.
Nah, yang terakhir tentunya adalah lambag dari Pemerintah Provinsi Sumatra Utara. Terdiri dari padi dan kapas, perisai berbentuk jantung yang di dalamnya terdapat lukisan bintang bersudut lima, bukit barisan berpucuk lima, pelabuhan, dan pabrik. Di bagian tengah perisai terdapat gambar seorang yang sedang menanam padi yang dikelilingi tanaman sawit, karet, ikan, dan daun tembakau.
Keberadaan daun tembakau dalam berbagai lambang lembaga di Sumatra Utara tentunya dikarenakan kehadiran tembakau di tanah tersebut telah memberikan satu dan lain hal yang cukup berarti bagi masyarakat. Terlepas bahwa perkebunan tembakau pada masa kolonialisme memakan banyak korban karena kerja perbudakannya, namun sejarah tembakau di sana tak bisa dilepaskan dari Sumatra Utara.
Lembaga-lembaga tersebut di atas pada masa itu memiliki peran yang berarti bagi pengembangan dan pembangunan Medan dan sekitarnya. Lembaga-lembaga yang dibangun dari hasil perkebunan tembakau yang tersohor sebagai bahan baku cerutu kelas wahid. Perkebunan tembakau Deli saat ini masih ada walau tak sebesar dahulu. Namun demikian tembakau telah menjadi bagian dari masyarakat Sumatra Utara.
Disunting dari:
Komentar
Posting Komentar