SLEPEN
Desa Grenggeng terletak di kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menjadi salah satu sentra pengrajin slepen yang sudah lama berdiri dan memenuhi kebutuhan para lintingers di daerah-daerah lainnya.
Slepen adalah wadah yang terbuat dari anyaman daun pandan ini rata-rata memiliki ukuran 10 X 15 cm, terdiri dari 3 bagian, tutup, wadah luar dan wadah dalam. Benda ini sangat lazim ditemukan di dalam tas atau saku para lintingers karena bentuknya yang didesain sedemikian rupa agar mudah dibawa kemana-mana.
Menurut cerita KH. Saifuddin Zuhri dalam buku "Guruku Orang-Orang dari Pesantren", ketika pengajian telah selesai, para kiyai sepuh mengeluarkan slepen dari dalam kantung bajunya yang berisi tembakau, daun jagung kering sebagai pengganti kertas rokok, cengkeh, kelembak dan kemenyan untuk kemudian dilinting dan dinikmati di sela-sela waktu kosong, baik sesudah pengajian maupun saat tengah bersantai.
Slepen dahulu identik dengan orang-orang sepuh yang masih melestarikan budaya tingwe, namun sekarang sudah banyak lintingers yang berasal dari kalangan anak muda yang rajin membawa slepen dan dengan cueknya melinting dimanapun mereka berada, terlepas dari berbagai stigma yang melekat pada aktivitas melinting, asap-asap penuh kenikmatan itu mengepul dengan tebal disertai dengan ekspresi wajah penuh kepuasan.
Di zaman serba modern ini, bahan slepen tidak hanya menggunakan daun pandan kering yang dianyam saja, akan tetapi sudah banyak bahan-bahan lain yang digunakan mulai dari kulit sintetis, stainless steel, bahkan sampai kulit sapi asli yang sudah disamak. Dari semua bahan-bahan tersebut, tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, baik secara penampilan, ketahanan maupun kemampuannya untuk menjaga kondisi tembakau di dalamnya.
Ketika jumlah para pelinting tembakau semakin banyak, para pengrajin pun dibanjiri pesanan dari berbagai daerah, baik di Jawa Tengah maupun luar Jawa. Uniknya, slepen tidak hanya diminati oleh para pelinting tembakau saja, banyak pula konsumen yang menggunakannya untuk dompet, handphone, bahkan ada yang mengisi slepennya dengan berbagai peralatan dandan. Hal tersebut membuktikan bahwa slepen bukan lagi benda milik sesepuh saja, melainkan sudah mencakupi berbagai kalangan, baik tua maupun muda, pria maupun wanita.
Slepen adalah wadah yang terbuat dari anyaman daun pandan ini rata-rata memiliki ukuran 10 X 15 cm, terdiri dari 3 bagian, tutup, wadah luar dan wadah dalam. Benda ini sangat lazim ditemukan di dalam tas atau saku para lintingers karena bentuknya yang didesain sedemikian rupa agar mudah dibawa kemana-mana.
Menurut cerita KH. Saifuddin Zuhri dalam buku "Guruku Orang-Orang dari Pesantren", ketika pengajian telah selesai, para kiyai sepuh mengeluarkan slepen dari dalam kantung bajunya yang berisi tembakau, daun jagung kering sebagai pengganti kertas rokok, cengkeh, kelembak dan kemenyan untuk kemudian dilinting dan dinikmati di sela-sela waktu kosong, baik sesudah pengajian maupun saat tengah bersantai.
Slepen dahulu identik dengan orang-orang sepuh yang masih melestarikan budaya tingwe, namun sekarang sudah banyak lintingers yang berasal dari kalangan anak muda yang rajin membawa slepen dan dengan cueknya melinting dimanapun mereka berada, terlepas dari berbagai stigma yang melekat pada aktivitas melinting, asap-asap penuh kenikmatan itu mengepul dengan tebal disertai dengan ekspresi wajah penuh kepuasan.
Di zaman serba modern ini, bahan slepen tidak hanya menggunakan daun pandan kering yang dianyam saja, akan tetapi sudah banyak bahan-bahan lain yang digunakan mulai dari kulit sintetis, stainless steel, bahkan sampai kulit sapi asli yang sudah disamak. Dari semua bahan-bahan tersebut, tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, baik secara penampilan, ketahanan maupun kemampuannya untuk menjaga kondisi tembakau di dalamnya.
Ketika jumlah para pelinting tembakau semakin banyak, para pengrajin pun dibanjiri pesanan dari berbagai daerah, baik di Jawa Tengah maupun luar Jawa. Uniknya, slepen tidak hanya diminati oleh para pelinting tembakau saja, banyak pula konsumen yang menggunakannya untuk dompet, handphone, bahkan ada yang mengisi slepennya dengan berbagai peralatan dandan. Hal tersebut membuktikan bahwa slepen bukan lagi benda milik sesepuh saja, melainkan sudah mencakupi berbagai kalangan, baik tua maupun muda, pria maupun wanita.
Komentar
Posting Komentar