TEMBAKAU PADANG


Padang, sebuah kota yang terletak di Sumatera Barat ini memiliki simpanan kekayaan alam yang jarang terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Tertidur di dalam negeri sendiri namun namanya semerbak di negeri seberang, ya, tembakau, daun mas yang tak hanya tumbuh subur di tanah Jawa, di Sumatera ini, ia pun kokoh menyokong perekonomian warga di daerah yang mampu merawat dan membesarkannya dengan baik. 

Bicara tentang tembakau yang berasal dari Padang, Sumatera Barat, berdasarkan arsip "Handel uit de Regerings" pada tahun 1878, perkebunan tembakau di Sumatera Barat telah booming pada akhir abad ke-19 dan salah satu sentral dari tembakau pada masa itu ada di Payakumbuh. Pada 1914 jumlah total ekspor tembakau Payakumbuh, mencapai 1.560.000 kg.

Berbagai jenis tersaji dengan bermacam-macam karakter yang datang dari berbagai daerah di Payakumbuh dan dibagi menjadi dua kategori utama, antara lain:

1. Timur
Wilayah ini terkenal dengan tembakau Taram, Situjuah, Piladang, Baso dan sekitarnya. Daerah tersebut terletak di ladang-ladang yang menghasilkan tembakau hitam. Sembilan puluh persen hasil tembakau hitam dikuasai oleh para eksportir untuk dijadikan komoditi bernilai rupiah dan diekspor lewat jalur Penang, Malaysia. Orang Malaysia lebih mengenal "mbako Itam" ini dengan nama "tembakau timbang" yang mana dari jalur tersebut diteruskan ke daerah bahkan negara lain di Asia tenggara.

2. Barat
Sedangkan di wilayah ini tembakau yang memiliki nama harum mewangi adalah Taeh, Simpangsigiran, Talang Maur, Suliki, Guntung, Saud, Kototanga, Sungainaning, Muaro Gunuang, Luakmanih dan lainnya. Ladang-ladang tersebut adalah penghasil tembakau merah dengan karakter hisapan sedang hingga berat serta tembakau kuning dengan karakter hisapan yang ringan. Tiga puluh persen daerah ini juga dikuasai oleh eksportir yang memenuhi permintaan pasar luar negeri, sedangkan tujuh puluh persen lainnya dimanfaat untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yang kini sudah beredar di beberapa daerah Nusantara seperti Sumatera Utara, Aceh, Jawa Barat dan lainnya.

Di pasaran, tujuh puluh lima persen tembakau Payakumbuh beredar sudah diramu menggunakan berbagai rempah-rempah. Hal tersebut disebabkan dari langkanya tembakau yang sudah di-aging selama beberapa tahun dan juga mengikuti permintaan pasar yang menginginkan tembakau dengan rasa yang nikmat, nyaman di lidah, tenggorokan dan dada tanpa ada rasa pahit yang menyengat.


Tembakau Payakumbuh yang berkualitas tinggi terdiri dalam beberapa komponen dan tentunya sangat mempengaruhi harga jual, yaitu:

1. Elok dilihat
Rajangan halus serta helai daun rajangan yang panjang tersaji dalam lipatan-lipatan tembakau rajangan tentu memudahkan para pelinting untuk menikmati proses menggulung tembakau karena akan sangat mudah dilinting tanpa menggunakan alat sekalipun.

2. Elok diraba
Tekstur yang halus dan lembut menjadi nilai tambah yang semakin menaikkan kualitas tembakau rajangan khas Payakumbuh.

3. Elok dicium
Aroma yang tersaji baik sebelum dibakar, roomnote yang hadir saat pembakaran berlangsung pun tentunya harus nyaman bagi siapapun dan apapun yang ada di sekitarnya, hal tersebut menjadi salah satu titik tumpu kecantikan tembakau Payakumbuh.

4. Elok dicicipi
Ketika tampilan, tekstur dan aroma sudah sangat mumpuni, hadirlah titik krusial dalam tembakau rajangan, yaitu rasa. Hint yang tersaji haruslah nyaman dan bisa membuat lidah bergoyang menikmati rasa yang hadir saat asap menyentuh lidah hingga dihembuskan sampai terciptalah aftertaste khas tembakau Payakumbuh, rasanya indah, seindah Ngalau Indah di kejauhan sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TEMBAKAU RAKYAT YANG BERJASA MEMBUAT PETANI BISA BERHAJI

CARA MEMBUAT BLEND / CAMPURAN TEMBAKAU

TEMBAKAU SRINTHIL