TEMBAKAU TAMBENG


Curah Gunong merupakan nama salah satu dusun di desa Lubawang, kecamatan Banyuglugur, kabupaten Situbondo, Jawa timur. letak geografisnya berada di dataran tinggi yang kaya dengan kandungan unsur hara menjadikan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sekaligus peternak. Dalam satu tahun, petani di sana hanya bisa memanen dari bercocok tanam jagung, binong dan tembakau.

Nama dusun tersebut diganti menjadi dusun "Tambeng", oleh salah satu tokoh agama yg sangat disegani/berpengaruh di wilayah tapal kuda Jawa Timur yaitu kyai Subaweh. Kemudian saat ini menjadi nama dusun "Tambang Emas" karena di lahan tersebut menyajikan hasil bumi berupa tembakau yang bernilai tinggi karena rasa dan aroma yg dihasilkan dari lahan tersebut.

Kualitas tembakau yang ditanam di lereng gunung dengan kemiringan cukup terjal mengakibatkan pengairannya sangat mengandalkan tadah hujan sehingga hasilnya pun bergantung pada curah hujan yang mampu ditampung dan dimanfaatkan sedemikian rupa agar bisa memenuhi kebutuhan pengairan di tiap-tiap lahan tembakau.

Terdapat empat bibit yang umum digunakan petani yaitu Krepek, Bukabuh, Opot dan Mercy/sampores, semua bibit tersebut jika cuaca baik dan dirawat dengan penuh ketelitian akan menghasilkan tembakau dengan kualitas yang baik dan memiliki daya jual tinggi.

Krepek dan Bukabuh merupakan bibit tembakau yang umumnya digunakan untuk tembakau linting dengan kualitas ecer karena kedua bibit tersebut memiliki karakter tembakau yang sangat kuat. Bibit Bukabuh memilik karakter aroma yang sangat kuat dan "bulat" sedangkan untuk bibit krepek sangat identik dengan rasanya yang dominan "gurih".

Pada proses pemanenan, seperti pada umumnya tembakau bisa 3 sampai 5 kali panen mulai dari daun bawah hingga atas, dimana tiap-tiap tahapan tersebut menentukan grade/kualitasnya.

A. PANENAN PERTAMA
Daun bawah masuk grade "koseran" atau gudang, bentuk daun bawah yang berkarakter lebih lebar dan tipis sangat memungkinkan untuk memenuhi kriteria sekaligus kebutuhan pabrik/gudang.

B. PANENENAN KEDUA
Daun tengah atau "tabhuk" biasanya berselisih antara 5-9 hari dengan panenan sebelumnya, pada grade ini umumnya sudah masuk kategori ecer karena bisa dinikmati irisan tembakaunya secara original.

C. PANENAN KETIGA 
Pada umumnya tahapan ini sudah bisa dikategorikan sebagai daun dengan kualitas super, karena posisinya merupakan daunan leher ke atas yang memiliki ciri daun yang lebih kecil dari daun sebelumnya namun memiliki tingkat ketebalan yang lebih sehingga rasa dan aroma pun semakin kuat. Hal ini dikarenakan selama pasca panen sebelumnya petani akan lebih teliti lagi untuk merawat tanaman tembakaunya seperti membuang setiap pucuk tunas yang muncul di setiap bekas daun yang telah dipanen sebelumnya, sehingga kandungan nutrisi tanaman terfokus pada daun atas tersebut, itulah sebabnya daun atas ini termasuk dalam kategori super.

Proses pasca panen yaitu peneraman selama beberapa hari. Sebelum masuk proses perajangan, disini kualitas daun dipertaruhkan dan sangat menetukan warna akhir dari tembakau tambeng. Semakin lama masa pemeraman makin gelap warnanya. Namun pertaruhan sesungguhnya tetap pada kualitas daun yang harus kuat dan tebal kareba daun bisa busuk selama masa pemeraman.

Proses selanjutnya adalah perajangan yang masih menggunakan pisau untuk menghasilkan rajangan lembut dan dilakukan malam hari. Mata pisau yang digunakan pun haruslah tajam agar rajangan yang dihasilkan pun rapi. Pada proses ini, semua daun dirajang lembut, kecuali daun atas yang mana jauh lebih tebal daripada daun tengah dan bawah, sehingga dirajang agak kasar/besar agar daunnya tidak mudah hancur saat memasuki proses selanjutnya yaitu penjemuran. Pada proses ini, penjemuran hanya dilakukan dalam satu hari jika cuaca terik. Tembakau yang sudah dirajang ditata di atas bidhik yang berupa tatakan anyaman bambu untuk kemudian dijemur pada saat pagi hingga sore hari. Setelah penjemuran selesai, tembakau dilipat dan diangin-anginkan sejenak untuk sedikit menurunkan suhu tembakau agar tidak terlalu kering saat proses penyimpanan berlangsung sehingga tembakau tidak gampang hancur saat akan dinikmati.


Proses penyimpanan tembakau Tambeng di kalangan agen besar cukup unik, yaitu dibungkus dengan menggunakan kertas minyak/kertas roti warna-warni yang bertujuan untuk:

1. Memudahkan dalam proses pemeraman/penyimpanan
Selama masa pemeraman ada kalanya tembakau Tambeng dijemur atau dianginkan untuk mempertahankan kualitasnya serta mengontrol kadar air yang terkandung di dalamnya. Setelah proses tersebut selesai dan akan menuju proses pemeraman kembali, warna kertas pembungkus akan disamakan dalam satu wadah plastik besar yang tertera nama petani agar ke depannya bisa memilih siapa yang memiliki tambeng berkualitas tinggi untuk dijual kembali. Karena tembakau Tambeng tidak selamanya datang dalam jumlah yang banyak, bahkan terkadang petani hanya membawa satu tampang berkualitas tinggi untuk kemudian dijual kepada agen dengan harga yang sesuai dengan kualitasnya.

2. Menjaga Aroma
Saat tembakau dibiarkan terbuka, aromanya akan terlepas ke udara, tapi jika dibiarkan terbuka dalam waktu yang lama, tentu aromanya akan pudar, oleh sebab itu tembakau Tambeng dibungkus menggunakan kertas, baik saat penyimpanan maupun penjemuran ulang pasca aging, baru setelahnya dimasukkan ke dalam plastik untuk di-aging selama beberapa bulan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TEMBAKAU RAKYAT YANG BERJASA MEMBUAT PETANI BISA BERHAJI

CARA MEMBUAT BLEND / CAMPURAN TEMBAKAU

TEMBAKAU SRINTHIL