TEMBAKAU BOYOLALI


Boyolali bagian barat, Cepogo dan Selo yang berlokasi di antara dua lereng gunung Merbabu dan Merapi, salah satu dari sekian banyak lokasi penghasil tembakau dengan kualitas yang mumpuni di Kabupaten Boyolali. Karakter khas dengan keunikan yang jarang ditemukan pada tembakau lainnya, yaitu rasa asin, ya, tembakau Boyolali pada umumnya meninggalkan rasa semu asin di lidah pada aftertaste-nya. Tapi, perjalanannya tidak sesingkat pembakaran lintinganmu, ada berbagai proses yang harus dilalui demi terciptanya tembakau rajangan berkualitas. 

1. MASA TANAM
Masa tanam bibit tembakau di akhir musim penghujan antara bulan Maret-April saat kadar air masih terkandung banyak di dalam tanah dan hujan masih suka turun beberapa kali di masa peralihan ini. Saat penanaman biasanya langsung diberi pupuk kandang dan penanamannya masih dibiarkan berdampingan dengan sayuran. 

2. PEMELIHARAAN
Setelah 10-20 hari masa penanaman, tanaman kemudian diberi pupuk urea, saat memasuki usia 1-2 bulan biasanya tembakau akan dibiarkan hidup sendirian tanpa adanya tanaman lain, pada fase ini pula tanah di sekitar tanaman digemburkan dan dibersihkan dari gulma, kemudian ditambahkan tanah sampai menutupi batang tembakau separuhnya agar tidak mudah roboh jikalau ada angin kencang menerpa. 

Tembakau tak luput dari penyakit dan hama, Penyakit yang lazim terjadi pada tembakau adalah daun berjamur dan Virus Mozaik (TMV) atau disebut "Mbadhur", sedangkan hama pada tembakau sendiri adalah orong-orong, ulat tanduk tembakau (petani setempat menyebutnya ulat tuton) dan wereng, pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida dan fungisida secukupnya agar tidak mengganggu pertumbuhan. 

Faktor-faktor yang mengganggu pertumbuhan tembakau bukan hanya berasal dari luar saja, pada usia 50-60 hari akan muncul tunas daun dan bunga, tunas dan bunga ini harus dipangkas guna memaksimalkan pertumbuhan daun. 

Sebelum memasuki masa panen, biasanya ratusan petani dan warga di lereng Gunung Merbabu menggunakan pakaian adat jawa menggelar upacara tradisi Tungguk Tembakau (Tungguk: memetik) untuk menyambut datangnya masa panen tembakau di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. 

Kesenian tradisional daerah setempat menemani para petani dan para peserta lainnya membawa tiga gunungan hasil bumi sebagai tanda syukur atas hasil panen tanaman tembakau, tiga gunungan tersebut berisi hasil bumi, daun tembakau, dan nasi kuning beserta lauk pauknya berkeliling di sepanjang jalan Desa Senden. 

Upacara tradisi ini adalah wujud syukur para petani serta masyarakat kepada Allah SWT sebelum memulai panen tembakau. Selain itu, mereka juga memiliki tujuan untuk terus melestarikan adat budaya sekaligus menunjukkan nilai luhurnya bangsa Indonesia yaiti gotong royong sebagai salah satu kekayaan budaya lokal di Boyolali. 

3. MASA PANEN
Tembakau siap panen saat usia 70-75 hari, namun semakin tinggi daerah tanam maka usia panen akan semakin lama. Pemetikan daun dimulai dari bawah, di masa awal pemetikan akan ditemui daun paling bawah yang sudah tau dan mengering yang disebut "krosok", daun ini nantinya tidak akan menjadi rajangan melainkan ditusuk gagangnya menggunakan bilah bambu seperti membuat sate. 

Pemetikan selanjutnya dilakukan secara bertahap tergantung pada tingkat kematanga  daunya, daun yang telah dipetik kemudian dibawa dan dilanjutkan dengan memeram daun selama kurang lebih 1 minggu, tergantung tingkat ketahanan daun. Setelah daun berwarna kuning artinya daun sudah matang dan siap dirajang, namun daun yang tidak kuning sempurna harus dipisahkan dari bagian yang belum matang berwarna hijau maupun busuk berwarna coklat kehitaman, agar tidak mempengaruhi kualitas tembakau rajangan tersebut. 

Setelah proses pemilihan selesai, tahap berikutnya adalah perajangan. Daun yang sudah terrajang kemudian dibentangkan pada anyaman bambu yang disebut "Widik", proses ini dinamakan Ngeler atau Njereng dan masih dilakukan oleh tenaga manusia. 

Tembakau yang sudah berada di Widik kemudian dijemur, penjemuran dilakukan di pagi hari, jika cuaca terang tanpa adanya awan mendung, biasanya memakan waktu seharian penuh. Apabila terjadi mendung bahkan hujan petani harus membawa tembakau ke daerah yang memiliki cuaca yang lebih cerah, tak jarang para petani membawa tembakau menggunakan mobil ke wilayah Boyolali kota bahkan hingga mencapai wilayah Solo hanya untuk menjemur tembakaunya. 

4. TEMBAKAU SIAP JUAL
Tembakau yang telah melewati masa penjemuran kemudian digulung atau dipulung, lalu para petani menunggu untuk didatangi calon pembeli atau menyetorkan sampel tembakau mereka kepada tengkulak ataupun juragan. Para tengkulak dan juragan inilah yang kemudian menentukan harga per-kilo tembakau sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan atau sesuai pesanan pabrik rokok tertentu. 

Setelah terjadi kesepakatan harga antara petani dengan pembeli, tugas akhir petani adalah mewadahi tembakau kedalam keranjang khusus untuk kemudian ditimbang. Setelah berada di tangan pembeli, tembakau dalam keranjang siap untuk disetorkan ke pabrik, kemudian siap diproduksi menjadi batang-batang rokok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TEMBAKAU RAKYAT YANG BERJASA MEMBUAT PETANI BISA BERHAJI

CARA MEMBUAT BLEND / CAMPURAN TEMBAKAU

TEMBAKAU SRINTHIL