PIL PAHIT MUSIM PANEN

Selama hampir 1 dekade terakhir, lingkaran di hulu pertembakauan, khususnya di lereng gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, sedang mengalami masa yang kurang begitu segar. Masa penanaman sampai penglolahan tembakau di tingkat petani memang sangat bergantung pada cuaca, maka ketika masa panen sudah di depan mata akan tetapi cuaca kurang mendukung, maka otomatis kualitas dari hasil panenan juga akan menurun dan pastinya berefek pada harga beli di tingkat petani yang ikut anjlok. Karena tanaman tembakau tidak bisa tumbuh dengan baik jika curah hujan sangat tinggi, tapi jika curah hujan dan kadar air di dalam tanah, tanaman tidak akan tumbuh dengan maksimal, jadi memang tanaman tembakau itu sedikit "ribet" urusannya. 

Belum lagi jika berbicara tentang tekanan dari ke-"bijak"-an yang secara tidak langsung memaksa pembeli menurunkan harga beli di tingkat petani. Dalam hal ini, bukan hanya sekadar perkara masalah untung atau rugi dalam budidaya tembakau, tetapi sebagai seorang yang bermata pencaharian sebagai petani pasti mengandalkan hasil dari karya keringat dan peluh di lahan mereka untuk mencukupi segala kebutuhan hidup mulai dari A sampai Z. 

Tak begitu banyak yang benar-benar bisa menghargai keringat petani, entah hujan atau panas di tempat mereka bekerja dan berapa lama waktu yg dilewati untuk merawat 1 tanaman agar bisa berbuah/matang dan siap dipanen. 

Cerita ketika bersama tetua mengungkapkan fakta bahwa dulu 1 kilogram tembakau kering lebih mahal dari pada harga 1 gram emas dan itu adalah hal yang lumrah di sini. Sedangkan sekarang, mau memutarkan perekonomian di lingkup rumahan saja sudah terasa alot dikarenakan harga beli tidak ikut merangkak naik seperti halnya harga emas. 


Selama ini, hanya pabrikan besar yang mampu menyerap seluruh tembakau hasil dari panen petani. Bobot minimal 20 kilogram kering dalam 1 keranjang untuk bisa masuk kriteria pembelian gudang dapat dihasilkan dari 200-250 kilogram daun basah. Jadi, untuk petani yg hasil panennya kurang dari jumlah tersebut jelas akan berbeda ceritanya. 


Dalam masa penglolahan tembakau, roda ekonomi dari barang lainnya ikut berputar dan tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak seperti pengrajin keranjang, rigen dan lainnya. Jadi, jika pembelian tembakau di petani naik maka banyak roda-roda ekonomi yang akan berputar dan tentunya bermanfaat bagi mereka, baik secara langsung ataupun tidak. 


Jangan lupa untuk bersyukur bagaimanapun keadaannya dan mari kita sama-sama berdoa agar yang sakit segera sembuh, yang susah segera bahagia, yang belum sadar segera diingatkan agar semua bisa berjalan harmonis bersama-sama.

Penulis: Tri Supono
Penyunting: Setrombako

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TEMBAKAU RAKYAT YANG BERJASA MEMBUAT PETANI BISA BERHAJI

CARA MEMBUAT BLEND / CAMPURAN TEMBAKAU

TEMBAKAU SRINTHIL