SEJARAH TEMBAKAU INDONESIA


Pada buku "Hikayat Kretek" karya Amen Budiman dan Onghokham, seorang sinolog bernama Prof. G. Schlegel, dirunut dari penamaan tembakau yang digunakan di Nusantara, orang-orang Portugislah yang membawa dan mengenalkan tembakau ke penduduk Nusantara. Istilah tembakau lebih dekat dengan tabaco atau tumbaco dalam bahasa Protugis untuk menyebut komoditas yang kini begitu populer sebagai bahan dasar produk rokok.

Pendapat lain berkata, tembakau dibawa dan dikenalkan kepada warga Nusantara oleh Belanda. Thomas Stamford Raffles lah yang mengemukakan pendapat ini. Dalam buku yang ia tulis berjudul "The History of Java" ia mengemukakan pendapat itu. Menurut Raffles, tembakau dibawa dan dikenalkan kepada warga Nusantara oleh Belanda sekitar tahun 1601.

Pendapat Raffles tentang tahun masuknya tembakau ke Nusantara ini diperkuat oleh pendapat De Candolle yang dikutip oleh Van Der Reijden dalam bukunya yang berjudul "Rapport Betreffende Eene Gehouden Enquete Naar De Arbeids Toestanden In De Industrie Van Strootjes En Inheemsche Sigaretten Op Java". Menurut De Condolle yang dikutip dalam buku berjudul panjang sekali itu, tanaman tembakau telah dibawa ke Pulau Jawa sekitar tahun 1600. Perbedaan di antara keduanya, bangsa mana yang membawa tembakau ke Nusantara. Jika Raffles berpendapat Belandalah yang membawa tembakau ke Nusantara, De Condolle berpendapat Portugislah yang membawanya ke sini.

Perkiraan tahun masuknya tembakau ke Nusantara dan dimanfaatkan untuk konsumsi dalam bentuk rokok yang diisap pada periode awal 1600an, diperkuat oleh keterangan dalam naskah berbahasa Jawa berjudul Babad Ing Sangkala. Dalam naskah ini terdapat keterangan bahwa tembakau telah masuk ke Pulau Jawa dan dikonsumsi dalam bentuk rokok yang diisap bersamaan dengan wafatnya Panembahan Senapati, Bapak dari Sultan Agung.

Teks yang menerangkan itu tertulis:
Kala seda Panembahan syargi ing Kajenar pan anunggal warsa purwa sata sawiyose milaning wong ngaudud. 
Waktu mendiang Panembahan meninggal di Gedung Kuning adalah bersamaan tahunnya dengan mulai munculnya tembakau setelah itu

Penulis naskah Babad Ing Sangkala memperingati kedua peristiwa tersebut dengan candra sengkala Gni Mati Tumibeng Siti yang berarti tahun 1523 Saka atau tahun 1601-1602 Masehi. Akan tetapi naskah ini tidak menuliskan siapa yang membawa dan mengenalkan tembakau kepada penduduk Nusantara. Apakah Portugis, atau Belanda? Tidak ada keterangan di dalamnya.

Tidak berselang terlalu lama setelah keterangan awal mula tembakau masuk Nusantara, pada 1626, tembakau sudah mulai umum dikonsumsi sebagai produk rokok yang diisap. Pada tahun itu pula VOC mengeluarkan undang-undang impor dan penjualan tembakau di Nusantara. Setelah fase impor tersebut, Nusantara lantas menjelma menjadi salah satu penghasil tembakau terbaik di dunia dan produk tembakau mulai diekspor ke luar Nusantara oleh VOC kemudian dilanjutkan oleh Belanda usai keruntuhan VOC.

Tanaman kuno tersebut tersebar di seluruh penjuru negeri, mulai dari Aceh, sampai Irian Jaya dan semuanya memiliki karakter masing-masing yang membutuhkan waktu tidak sedikit untuk bisa mencicipi semuanya.

Berbagai karakter tersebut lahir disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:

1. Unsur hara
Setiap tanah memiliki unsur haranya berbeda. Antara tanah pegunungan dan persawahan, bahkan antar daerah memiliki kekayaan nutrisi penunjang pertumbuhan tembakau yang berbeda, oleh sebab itu karakter tembakau yang dihasilkan pun berbeda, baik dari warna, rasa, tekstur, aroma dan lainnya.

2. Bibit
Masing-masing daerah memiliki bibit tembakau unggulan, sebut saja bibit Manohara, Nani dan Darwati dari Jawa Barat, Kemloko, Genjah dan Gober dari Jawa Tengah, Bukabu dan Krepek dari Jawa Timur, Kasturi dari Lombok dan lain sebagainya.

Masing-masing bibit memiliki karakter tanaman yang berbeda, mulai dari jumlah dan ukuran daun, tinggi tanaman sampai kadar gula, nikotin dan amoniak yang sangat berperan dalam pembentukan rasa dan karakter dari masing-masing bibit tersebut.

3. Cuaca dan Iklim sekitar
Curah hujan, durasi sinar matahari menyinari daerah tersebut hingga iklim sejuk dan panas akan menghasilkan tembakau yang berbeda pula, baik rasa maupun karakter. Perbedaan ketinggian, pasti akan berpengaruh pada iklim yang berefek pada tembakau yang dihasilkan.

4. Karakter tanah
Masing-masing lahan baik di pegunungan maupun dataran rendah memiliki berbagai karakter tanah yang berpengaruh terhadap penyerapan air. Oleh sebab itu tanah berpasir dengan tanah berbatu akan menghasilkan tembakau yang berbeda dengan, hal yang sama berlaku antara tembakau yang ditanam di tanah berlempung dan tanah merah, masing-masing memiliki perbedaan baik di kualitas daun maupun rasa.

5. Kontur tanah
Daerah-daerah penghasil tembakau di Indonesia datang dari latar belakang kontur tanah yang berbeda, mulai dari pegunungan dengan lereng yang curam dan landai, perbukitan sampai persawahan, masing-masing lokasi menghasilkan tembakau yang berbeda juga

6. Lereng
Hal ini hanya berlaku untuk tembakau yang ditanam di daerah pegunungan. Penempatan lahan menjadi hal yang krusial bagi tembakau, karena hal tersebut bisa mempengaruhi durasi sinar matahari yang menyinari lahan tersebut. Pada umumnya, lereng yang menghadap timur akan menghasilkan tembakau yang lebih bagus daripada lereng barat, karena matahari pagi yang kaya akan manfaat akan menyinari tanaman tersebut.

Indonesia memiliki tanah subur nan kaya akan unsur hara yang sangat menunjang untuk pertumbuhan tembakau, namun setiap daerah memiliki karakter penunjang yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan tembakau dengan karakter yang beragam. 

Penulis telah mendata berbagai daerah penghasil tembakau yang ada di Indonesia, baik dengan kualitas sedikit maupun banyak, banyak untuk kelas pabrikan maupun tingwe, semuanya telah dirangkum di artikel dengan judul "BERBAGAI MACAM TEMBAKAU DI INDONESIA" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TEMBAKAU RAKYAT YANG BERJASA MEMBUAT PETANI BISA BERHAJI

CARA MEMBUAT BLEND / CAMPURAN TEMBAKAU

TEMBAKAU SRINTHIL